Kamis, 10 Oktober 2013

makalah PT. Indofarma (persero) Tbk



PT. INDOFARMA (Persero) Tbk.

A. Sejarah PT. Indofarma dan profil usaha PT. Indofarma
1.   Sejarah dan perkembangan PT. Bio Farma
PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Departemen Kesehatan, berdiri pada tahun 1918  berupa unit produksi kecil dari Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda dengan kegiatan pembuatan salep dan pemotongan kain kasa pembalut yang dilakukan di Centrale Burgelijke Zienkeninrichring (CBZ), yang sekarang dikenal dengan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Pada tahun 1931, pabrik berkembang dengan bertambahnya jenis produksi, yaitu obat suntik dan tablet. Sejalan dengan itu pada tahun 1935 lokasi pabrik dipindahkan ke Jalan Tambak No. 2 Manggarai, Jakarta sehingga dikenal dengan sebutan ”Pabrik Obat Manggarai”.
Semenjak berakhirnya penjajahan Belanda dan masuknya Jepang ke Indonesia, pada tahun 1942 pabrik obat Manggarai diambil alih dan dikelola oleh perusahaan farmasi Jepang (dibawah manajemen Takeda). Selama masa tersebut kegiatan produksi tidak banyak mengalami perkembangan. Pada saat penyerahan kedaulatan dari pemerintah Jepang kepada pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950, pabrik obat Manggarai diambil alih oleh pemerintah Indonesia yaitu Departemen Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Farmasi. Pada tahun 1960-1967, pabrik tersebut berada di bawah naungan Badan Perlengkapan Kesehatan (Baperkes), disamping dua badan lain, yaitu Depo Farmasi Pusat dan Lembaga Universitas Sumatera Utara Farmakoterapi, pada perkembangan selanjutnya disebut Lembaga Farmasi Nasional kemudian menjadi Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan (PPOM).
Pada tanggal 14 Februari 1967, melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.008/III/AM/67, nama Pabrik Obat Manggarai diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan ditetapkan sebagai Unit Operatif setingkat Direktorat Jenderal Farmasi. Tugas pokok dari pabrik ini adalah memproduksi obat–obatan berdasarkan pesanan dari Departemen Kesehatan RI. Pada tahun 1969-1975 pabrik direnovasi dan tahun 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.125/IV/KAB/BU/75 tentang struktur organisasi Departemen Kesehatan yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Keputusan  Presiden Republik Indonesia No. 44 dan 45 tahun 1974. Namun pabrik farmasi Departemen Kesehatan ini tidak tercakup dalam keputusan tersebut sehingga statusnya tidak jelas. Hal ini berlangsung hingga tahun 1978.
Dengan adanya kebijaksanaan pemerintah tanggal 15 November 1978 dalam hal ekonomi dan keuangan, harga obat mendadak melambung tinggi sehingga persediaan obat terutama di puskesmas mengalami kekosongan karena sulit mendapatkan obat. Peristiwa ini menyadarkan pemerintah untuk menyediakan peralatan dan sarana yang dibutuhkan agar dapat mengendalikan mekanisme pengadaan obat dalam jumlah yang cukup serta memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan distribusi yang merata serta harga terjangkau sesuai kemampuan dan daya beli masyarakat. Maka pabrik farmasi ini diaktifkan kembali sesuai dengan fungsinya, berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.418/MenKes/SK/XII/78 tanggal 6 Desember 1978.
Pada tahun 1979, pabrik ini ditetapkan sebagai Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dalam keputusan tersebut disebutkan pula bahwa Pusat Produksi Farmasi bertugas membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu memproduksi obat-obat untuk rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan masyarakat. Obat-obatan yang dimaksud bersifat esensial, artinya bahwa obat tersebut banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka diputuskan untuk didirikannya sebuah pabrik yang sekaligus untuk memperluas pelayanan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Pada tahun 1980 mulai dilakukan studi kelayakan untuk pembangunan pabrik ini.
Pada tanggal 11 Juli 1981, berdasarkan PP No.20 tahun 1981, Pusat Produksi Farmasi diubah menjadi Perusahaan Umum dengan nama Indonesia Farma (Perum Indofarma) yang direalisasikan pada tanggal 1 April 1988 dengan mulai dibangunnya pabrik baru yang modern seluas 20 hektar sesuai dengan konsep dan persyaratan CPOB yang berlokasi di desa Gandasari, Cibitung, Bekasi dengan bantuan alat dan teknologi dari Italia.
Mulai pertengahan tahun 1991, hampir seluruh kegiatan produksi telah menempati lokasi di Cibitung, kecuali sediaan steril. Tanggal 31 Januari 1995 fasilitas produksi steril diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia  dengan dana pembangunan seluruhnya ditanggung oleh Perum Indofarma.
Pada tanggal 2 Januari 1996 Perum Indonesia Farma diubah menjadi Perseroan Terbatas Indofarma (PT. Indofarma (Persero) melalui PP No.34 tanggal 20 September 1995. Perubahan status ini bertujuan untuk mengantisipasi perubahan dan meningkatkan daya saing. Pada tahun 1996-1997 dilakukan renovasi pada bagian Litbang. Tahun 1999 dibangun Extraction Plant dan selesai awal tahun 2000, serta pendirian anak  perusahaan PT. Indofarma Global Medika (PT. IGM) sebagai distributor dan pemasaran produk farmasi termasuk alat kesehatan dengan 30 cabang di seluruh Indonesia. Tahun 2000 dibangun pabrik makanan bayi di Lippo Cikarang Industrial Estate Jawa Barat.
Mulai tanggal 17 April 2001, PT. Indofarma melakukan penawaran saham perdana kepada masyarakat dan mendaftarkan seluruh saham perseroan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode saham INAF serta resmi menjadi sebuah perusahaan terbuka dengan nama PT. Indofarma (Persero) Tbk. Dalam rangka untuk merealisasikan visi dan misi perusahaan, maka mulai dikembangkan kerjasama dengan patner-patner strategi yang dirintis sejak Oktober 2001 telah dilaksanakan antara lain dengan Oxford Natural Product (England), Praporn Darsut Ltd (Thailand), Lupin (India), Guangda Produksi (Cina), Cowick (Polandia), Nowicky Pharma (Austria) dan lain-lain.
Dengan stuktur permodalan yang kuat, PT. Indofarma (Persero) Tbk mengembangkan produksi sehingga bukan hanya membuat obat-obat esensial dan generik, melainkan juga obat dengan nama dagang baik etikal maupun OTC (Over The Counter), obat tradisional (herbal) dan makanan kesehatan. Manajemen PT. Indofarma (Persero) Tbk yakin bahwa kunci keberhasilan untuk memenangkan persaingan di era globalisasi adalah operational execellence.
Guna memperkuat struktur bisnis, pada tahun 2007 perusahaan mengoptimalkan fungsi bisnis yang ada melalui restrukturisasi lanjutan yang memberikan otonomi luas kepada PT. IGM, terutama dalam hal penggarapan penjualan. Dengan demikian PT. Indofarma (Persero) Tbk dapat lebih memfokuskan diri pada kegiatan produksi sedangkan PT. IGM pada kegiatan distribusi/ penjualan produk farmasi dan alat kesehatan. Guna meletakkan fondasi bisnis yang kuat PT. Indofarma (Persero) Tbk senantiasa berupaya menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance). Pada 22 Februari 2007 organ utama perusahaan telah bersama-sama menandatangani pernyataan komitmen implementasi GCG. Selain itu, PT. Indofarma (Persero) Tbk membangun kompetensi personil yang profesional melalui program pembangunan sumber daya manusia yang terarah, agar mampu membawa perusahaan memasuki era perdagangan bebas.
Dalam rangka meningkatkan fasilitas produksi guna memenuhi ketentuan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini, PT. Indofarma (Persero) Tbk sejak tahun 2008 mulai melaksanakan renovasi fasilitas produksi di Cibitung. Pada tahun 2009, telah masuk pada tahap penyelesaian. Dampak positif renovasi adalah peningkatan kapabilitas untuk menciptakan kondisi yang ideal guna terjaminnya kualitas dan stabilitas produk yang baik.
2.   Profil Usaha PT. Bio Farma
Perusahaan : PT Indofarma (Persero), Tbk.
Bidang Usaha : Industri farmasi dan kesehatan
Pembentukan Perusahaan: 2 Januari 1996
KANTOR  PUSAT:
Jl. Indofarma No. 1, Cikarang Barat, Bekasi - 17530Telp: 021-8832 3971Fax: 021-8832 3972/73Email: general@indofarma.co.idWeb: www.indofarma.co.id

B.  Visi, misi dan arti logo PT. Bio Farma
1.    Visi dan misi PT. Bio Farma
Visi PT. Indofarma (Persero) Tbk adalah menjadi perusahaan yang berperan secara signifikan pada perbaikan kualitas hidup manusia dengan memberi solusi terhadap masalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Misi PT. Indofarma (Persero) Tbk adalah:
a. Menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan harga terjangkau untuk    masyarakat.
b. Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif dengan prioritas untuk mengobati penderita penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi.
c. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia sehingga memiliki kepedulian, profesionalisme dan kewirausahaan yang tinggi.
2.    Logo Bio Farma
Perusahaan memiliki logo ”INF” yang melambangkan kependekan nama perusahaan. Logo tanpa bingkai menggambarkan pengabdian perseroan dibidang kesehatan masyarakat. Warna biru melambangkan sifat pengabdian perseroan yang tidak terbatas. Keluasan pengabdian diperluas dengan gradasi warna yang memiliki dimensi yang luas. Upaya pelayanan perseroan pada masyarakat tersirat pada ritme dari garis luas dan lengkung. Kesatuan garisnya memberikan kesan melindungi dan saling mendukung, artinya perseroan siap melindungi masyarakat dari penyakit dan mendukung masyarakat untuk mewujudkan kesehatan. Posisi miring melambangkan dinamika perseroan yaitu tidak terpaku pada konvensi-konvensi yang sudah ada, mengikuti perkembangan zaman dan inovatif tetapi mengikuti gerak laju teknologi.      
     
Gambar : Logo PT. Indofarma ( Persero ) Tbk.
A.  Izin usaha PT. Indofarma
ISO 9001 mengatur sistem dokumentasi organisasi terkait menejemen mutunya. Dokumen dalam sistem manajemen mutu ISO 9001 biasanya berisi kebijakan mutu (Quality Policy), sasaran mutu (Quality Objectives), dan pedoman mutu (Quality Manual). Sedangkan sistem manajemen mutu itu sendiri mencaku antara lain, yaitu customer contracts, rekrutmen dan pelatihan karyawan, design dan pengembangan produk dan jasa, produksi dan pengiriman produk, pemilihan pemasok (suppliers), tanggung jawab manajemen, internal audit mutu, pengukuran dan pemantauan, perbaikan berkesinambungan, tindakan perbaikan dan pencegahan. Sertifikasi dari BPOM SD.031 605 051

B.  Produk PT. Bio Farma
Produk yang dihasilkan oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk dikelompokkan berdasarkan produk etikal, OTC dan alat kesehatan. Produk-produk tersebut antara lain:
1. Produk Ethical (OGB, Lisensi, Nama Dagang)
PT. Indofarma (Persero) Tbk., memproduksi obat generic ethical sebagai produk utama di samping memproduksi obat dengan nama dagang dan lisensi. Saat ini PT.Indofarma (Persero) Tbk., mulai memperluas target pasar dengan memproduksi obat branded generic atau obat generik dengan nama dagang dengan harga terjangkau,yang merupakan program pemerintah untuk penyediaan obat bagi masyarakat.
2. OTC dan Herbal Medicines
Dalam rangka mengembangkan sumber daya alam di Indonesia PT. Indofarma(Persero) Tbk, telah mengembangkan Obat Asli Indonesia (OAI) seperti Prolipid, ProUric, Probagin, dan lainnya. Selain itu, diproduksi pula makanan kesehatan ( food suplement ) seperti Biovision, Bioprost, dan lain-lain. Obat OTC yang diproduksiantara lain OBH Plus.
3. Alat kesehatan
Selain memproduksi obat, PT Indofarma (Persero), Tbk. juga bekerja sama dengan perusahaan luar negeri memasarkan dan mendistribusikan alat kesehatan, antara lain kateter, urin bag, blood bag, dan syringe.
4. Produk lainnya
Produk lain di bidang pelayanan kesehatan yang diproduksi sendiri antara lain  Infant Food  (Makanan Pendamping ASI), mesin-mesin farmasi (Mesin blistering, mesin stripping dengan merk Indomach) dan  test kit untuk menguji garam iodium.Saat ini, Indofarma memproduksi 218 item obat, 53 diantaranya sangat aktif beredar di pasar. 60 item adalah OND (Obat dengan Nama Dagang), termasuk enam jenis obat herbal yang telah diterima masyarakat luas seperti Prolipid dan Biovision.Tahun 2007, PT Indofarma (Persero), Tbk. meluncurkan 22 item  produk baru, satu diantaranya adalah OND. Selebihnya adalah OGB (Obat Generik Berlogo) dan 12 item Indo Obat Serbu yang merupakan produk OTC (Over The Counter) khas Indofarma
 
E. Pemasaran
PT. Indofarma (Persero) Tbk memproduksi obat generik berlogo (OGB), nama dagang, lisensi, obat tradisional serta obat merek dagang. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan disamping produk–produk tersebut, juga dipasarkan produk lainnya hasil kerja sama berbagai pihak termasuk kerjasama dengan luar negeri, yaitu alat kesehatan dan diagnostic kit. Obat generik berlogo terutama ditujukan untuk kalangan menengah kebawah dan mempunyai pangsa pasar yang cukup besar yaitu 80% dari jumlah penduduk di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, PT. Indofarma (Persero) Tbk berusaha memasyarakatkan obat generik bermutu namun terjangkau harganya melalui upaya-upaya pemasaran misalnya melaui promosi sosial (Social promotion).  PT. Indofarma (Persero) Tbk adalah satu-satunya perusahaan farmasi yang mempunyai Medical Sales Representative untuk obat generik. PT. Indofarma (Persero) Tbk mempunyai sekitar 300 tenaga pemasaran terlatih dan professional serta didukung oleh jaringan distribusi sendiri dengan 30 cabang di seluruh Indonesia. Dengan demikian pelanggan akan lebih cepat dilayani kebutuhannya setiap waktu diperlukan melalui cabang terdekat.
 Unsur-unsur pemasaran yang meliputi produk, harga, promosi dan personalia harus diperhatikan untuk memperoleh strategi yang paling tepat dalam kebijakan yang diambil di bidang pemasaran. Dari segi produk PT. Indofarma (Persero) Tbk menghasilkan obat esensial bagi pola penyakit yang sekarang ada di Indonesia. PT.Indofarma (Persero) Tbk memproduksi obat dalam skala besar yang memungkinkan dapat menurunkan biaya produksi sehingga harga jualpun dapat ditekan.
F. Modal
Dari jumlah NWC PT Indofarma,Tbk. terjadi penurunan pada tahun 2008.Ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan modal kerja bersih. Sedangkan dari tahun 2004 sampai 2007 cenderung terjadi peningkatan.Semakin kecil jumlah NWC yang dimiliki maka semakin besar resiko yang dihadapi perusahaan karena jika semakin besar NWC maka semakin likuid keadaan perusahan tersebut.
Kondisi yang sama juga terjadi pada NOWC PT Indofarma,Tbk.Dari tahun ketahun NOWC yang dimiliki semakin menurun. NOWC merupakan aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar yang tidak dikenakan bunga dan seringkali terdiri dari kas dan sekuritas, piutang dan persediaan, dikurang hutang dagang dan kewajiban akrual. NOWC digunakan untuk melihat bagaimana hutang lancar digunakan untuk, membiayai aktiva lancar. Faktor penting yang cukup mempengaruhi adalah jumlah pembelanjaan jangka pendek yang terbatas.
NOWC PT Indofarma,Tbk mengalami penurunan dari tahun ke tahun.Hal ini menunjukkan semakin menurunnya kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva lancar dan hutang lancar dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan modal kerja untuk kegiatan operasi yang dimiliki dari tahun ke tahun pun semakin sedikit. Hal ini dapat berpengaruh pada profitabilitas perusahaan, karena semakin sedikit modal kerja operasi yang dimiliki semakin terbatas pula kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasinya.
Secara garis besar, dengan melihat kondisi NWC maupun NOWC PT Indofarma,Tbk yang dari tahun ke tahun membaik,meskipun terjadi sedikit penurunan di periode 2008.Dimana hal ini mengartikan bahwa jumlah aktiva lancar yang dimiliki pada tahun 2008 ternyata tidak cukup besar untuk menutup hutang lancarnya, maka dapat dikatakan PT Indofarma,Tbk berada pada tingkat keamanan (margin or safety) yang kurang memuaskan. Hal ini tentu harus mendapat perhatian yang lebih oleh managemen perusahaan PT Indofarma,Tbk sebab bila perusahaan tidak dapat mempertahankan ”tingkat modal kerja yang memuaskan” , maka akan ada kemungkinan.
perusahaan dapat berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban- kewajiban yang sudah jatuh tempo), dan bahkan mugkin terpaksa harus dilikuidasi (bangkrut).
CCC (Cash Convertion Cycle) dari suatu perusahaan merupakan jangka waktu yang diperlukan sejak perusahaan mengeluarkan uang kas untuk membeli bahan-bahan mentah sampai dengan pengumpulan hasil penjualan barang jadi yang dibuat dengan bahan mentah tersebut.Semakin singkat siklus konversi kas maka hal ini akan memperlancar kegiatan operasi perusahaan.
Pada Siklus konversi kas di PT Indofarma,Tbk dari tahun ke tahun semakin panjang, hal ini menyebabkan jumlah kas yang dimiliki semakin sedikit yang dapat digunakan untuk modal kerja perusahaan, sehingga semakin tinggi pendanaan eksternal dan semakinbesar biaya yang dibutuhkan. Siklus konversi kas dapat dipersingkat dengan cara:
1. Mengurangi periode persediaan dengan memproses dan menjual barang secara lebih cepat.
2.Mengurangi periode penerimaan piutang dan mempercepat penagihan
3.Memperpanjang periode penangguhan hutang dengan memperlambat pembayarannya.
NWC / modal kerja bersih merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.Dari hasil NWC tersebut dapat diketahui bahwa aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tidak mampu menutupi hutang lancar yang dimiliki.
Kondisi yang sama juga terjadi pada NOWC PT Indofarma,Tbk.Dari tahun ketahun NOWC yang dimiliki semakin menurun.Hasil ini menunjukkan semakin menurunnya kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva lancar dan hutang lancar dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan modal kerja untuk kegiatan operasi yang dimiliki dari tahun ke tahun pun semakin sedikit.
Pt Indofarma Global Medika (IGM), anak usaha  PT Indofarma (INF) yang bergerak di lini usaha distribusi obat generik dan treding alat-alat kesehatan sepanjang tahun ini mengincar pendapatan sebesar Rp. 1,2 triliun.
Direktur utama Indofarma Global Medika, Ike Avianti mengatakan bahwa target perseroan hingga akhir tahun ini meningkat 20 persen dibanding perolehan pendapatan sepanjang tahun lalu sebesar Rp. 1 triliun.
Untuk mendorong pendapatan sepanjang 2013, perseroan akan fokus mengembangkan inti bisnis utama perseroan, yaitu melalui pendistribusian alat-alat kesehatan di seluruh rumah sakit di indonesia.
Direktur Operasional PT Indofarma Global Medika, Ahdia Amini mengatakan untuk mendukung kerja sama tersebut, perseroan pada tahun ini menyiapkan belanja modal hingga Rp60 miliar guna mengembangkan sistem pencatatan riwat kesehatan(medicalrecord)yanglebihterstruktur.
"Satu rumah sakit membutuhkan biaya Rp6 miliar, kebutuhan prosesnya tidak mudah karena adanya proses edukasi baik dari manajemen maupun user, dimana kerja sama ini menetapkan bagi hasil dengan agen.
Dengan kerja sama sistem operasi (KSO) melalui IGM maupun rumah sakit, perseroan mengharapkan bisa memperoleh kontribusi pendapatan sebesar Rp. 95 miliar hingga penghujung 2013.
Pengembangan layanan ini cukup memberi kontribusi bagi perseroan. Bila tahun 2009 baru Rp5 miliar, tahun ini diharapkan naik menjadi Rp95 miliar. Ke depan, layanan ini akan memberikan kontribusi besar bagi perseroan.